Satu hal yang membuat Descartes sangat terkenal adalah bagaimana dia menciptakan satu metode yang betul-betul baru didalam berfilsafat yang kemudian dia beri nama metode keraguan atau kalau dalam bahasa aslinya dikatakan sebagai Le Doubte Methodique. Berdasarkan metode ini, berfilsafat menurut Descartes adalah membuat pertanyaan metafisis untuk kemudian menemukan jawabannya dengan sebuah fundamen yang pasti, sebagaimana pastinya jawaban didalam matematika.
Keraguan sendiri adalah keadaan seimbang antara penegasan (affirmasi) dan pengingkaran (negasi). Dalam kehidupan sehari-hari, keraguan lebih sering ditemui saat kita akan mengambil sebuah keputusan. Walaupun praktik yang dilakukan filsuf dengan kita berbeda namun pengambilan keputusan itu pada dasarnya berada pada level yang sama sebagai suatu jalan dalam menemukan kebenaran-kebenaran sebuah putusan.
Meragukan sesuatu adalah berpikir tentang sesuatu, dengan demikian bisa dikatakan bahwa kepastian akan eksistensi kita bisa dicapai dengan berpikir. Descartes kemudian mengatakan cogito ergo sum atau kalau dalam bahasa aslinya dikatakan Je pense donc je suis yang artinya adalah aku berpikir maka aku ada.
Dengan metode keraguan ini, Descartes ingin mengokohkan kepastian akan kebenaran, yaitu “cogito” atau kesadaran diri. Cogito adalah sebuah kebenaran dan kepastian yang sudah tidak tergoyahkan lagi karena dipahami sebagai hal yang sudah jelas dan terpilah-pilah ( claire et distincte).
Metode Keraguan (Skeptisisme) berawal dari pemikiran bahwa untuk menemukan basis yang kuat bagi filsafat, ia meragukan (skeptis) terlebih dulu terhadap segala seuatu yang dapat diragukan. Mula-mula ia meragukan semua yang dapat diindera, obyek yang sebenarnya tidak mungkin diragukan. Inilah langkah pertama metode skeptis terebut. Dia meragukan adanya badannya sendiri, keraguan itu menjadi mungkin karena pada pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi, dan juga pada pengalaman dengan roh halus ada yang sebenarnya tidak jelas. Di dalam mimpi seolah-olah seseorang mengalami sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi, persis seperti tidak mimpi. Jika orang ragu terhadap segala sesuatu, maka dalam keragu-raguan itu jelas ia ada sedang berfikir. Sebab yang sedang berfkir itu tentu ada dan jelas terang benderang “Corgito Ergo Sum” (saya berfikir, maka jelaslah saya ada).
Metode keraguan Descartes bukanlah tujuannya. Tujuan metode ini bukanlah untuk mempertahankan keraguan, sebaliknya metode ini bergerak dari keraguan menuju kepastian. Keraguan Descartes hanya digunakan untuk menjelaskan perbedaan sesuatu yang dapat diragukan dari sesuatu yang tidak dapat diragukan.
Lebih lanjut descartes mengatakan bahwa sumber kebenaran ialah rasio. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa seseorang kepada kebenaran, yang benar hanyalah tindakan akal yang terang benderang yang disebutnya Ideas, Claires at Distinctes (pemikiran yang terang benderang dan terpilah-pilah). Idea terang benderang ini pemberian Tuhan sebelum dlahirkan Idea innatal = ide bawaan).
Descartes mengembangkan metode filsafat keraguan ini dengan tahap-tahap rinci yang bisa kita lewati. Oleh karena itu, metode yang dikembangkan oleh Descartes ini biasa disebut juga sebagai skeptik-metodik, artinya keraguan yang didasarkan atas suatu metode sistematis untuk sampai pada kebenaran.
Metode itu dimulai melalui beberapa tahapan, diantaranya:
1. mulai meragukan segala sesuatu yang selama ini diterima sebagai suatu kebenaran;
2. mengklasifikasikan persoalan dari hal yang sederhana hingga hal yang rumit;
3. melakukan pemecahan masalah dari hal yang rumit hingga hal yang paling rumit; dan
4. memeriksa kembali secara menyeluruh barangkali masih ada hal-hal yang masih tersisa atau terabaikan.
Sumber:
http://www.anneahira.com/metode-filsafat.htm
http://www.forumsains.com/agama-dan-filosofi/dunia-diciptakan-untuk-manusia/20/?wap2