Arthur Schopenhauer atau yang lebih dikenal dengan nama Schopenhauer, ialah seorang pemikir atau filsuf Idealisme Jerman yang melanjutkan tradisi filsafat pasca-Kant. Dialah yang pertama kali membuka mata terhadap bagian dalam yang gelap dari manusia, yang ada di bawah permukaan kesadaran. Selai itu, Schopenhauer untuk pertama kalinya juga membuka jalan bagi suatu filsafat dan suatu psikologi dari hal yang tak sadar.
Dalam perkembangan filsafat Schopenhauer, ia dipengaruhi dengan kuat oleh Kant dan juga pandangan Buddha. Pemikiran Kant nampak di dalam pandangan Schopenhauer tentang dunia sebagai ide dan kehendak. Kant menyatakan bahwa pengetahuan manusia terbatas pada bidang penampakan atau fenomena, sehingga benda-pada-dirinya-sendiri (das Ding an sich) tidak pernah bisa diketahui manusia. Misalnya, apa yang manusia ketahui tentang pohon bukanlah pohon itu sendiri, melainkan gagasan orang itu tentang pohon. Schopenhauer mengembangkan pemikiran Kant tersebut dengan menyatakan bahwa benda-pada-dirinya-sendiri itu bisa diketahui, yakni kehendak.
Menurut Schopenhauer, dunia adalah suatu gagasan. Dari dunia sebagai gagasan itu tiada jalan yang menuju kepada dunianya dalam dirinya sendiri. Di luar atau di atas gagasan tiada dunia dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu, hakekat dunia tidak dapat didekati dari luar, sebab segala pendekatan dari luar hanya memberi pengetahuan tentang apa yang tampak saja, tidak memberi pengetahuan tentang hakekat dunia itu. Jikalau kita ingin tahu tentang hakekat sebenarnya dari dunia ini, kita harus memasuki diri kita sendiri.
Manusia menemukan di dalam dirinya bahwa kehendaklah yang menjadi pendorong. Oleh karena itu, kehendak adalah bagian hidup yang terdalam. Bagian hidup yang terdalam ini dapat menampikan diri sebagai kehendak yang lebih tinggi dan sebagai kehendak yang lebih rendah. Kehendak yang tampil sebagai kehendak yang lebih tinggi di dalam pikiran, yang menjadi objek di dalam diri manusia, yang menyebabkan adanya gagasan-gagasan tentang dunia. Juga tubuh manusia dapat tampak sebagai gagasan, menjadi objek pandangan akal, menjadi objek di antara objek-objek yang lain. Sedangkan kehendak yang tampil sebagai kehendak yang lebih rendah di dalam perbuatan tubuh yang dapat diamati. Di dalam hal ini, perbuatan kehendak dan aktifitas tubuh bukan dua hal yang berbeda yang dihubungkan secara kausal (yang satu menyebabkan yang lain), sebab keduanya adalah sama atau dengan kata lain identik. Aktifitas tubuh tidak lain adalah perbuatan kehendak yang telah diperagakan, yang telah diobjektivir. Dengan demikian, tubuh tidak lain adalah kehendak yang telah diobjektivir dalam ruang dan waktu.
Secra garis besar, tujuan kehendak adalah hidup itu sendiri. Hakikat Ada manusia sebagai Kehendak adalah tetap hidup dan memaksimalkan kehidupan. Karena, tujuan kehendak adalah hidup, maka yang dibenci dan dihindari oleh Kehendak adalah kematian. Dengan demikian, untuk menghindari kematian itu, maka kehendak selalu bereproduksi.
Meski kematian dibenci dan musuh kehendak, kehendak tidak pernah meresahkan kematian. Karena dia sendiri adalah keresahan dan penderitaan. Kesadaranlah yang merasakan keresahan dan penderitaan itu. Sehingga, mereka yang berkesadaran sesunguhnya yang selalu resah. Makin meningkat kesadaran atau pengetahuan seseorang, maka makin meningkat pula penderitaan dan keresahannya. Munculnya keresahan yang dialami kesadaran pada manusia, tak lain karena manusia (dipaksa) memikirkan tentang kematian. Kita merasakan kebosanan hidup, penderitaan dan sakit yang tak berujung, terjadi karena manusia berkesadaran.
Di dalam pemikiran Schopenhauer, kehendak tidak hanya menjadi daya pendorong di dalam manusia. Kehendak juga menjadi daya pendorong di dalam seluruh dunia, yaitu sebagai kehendak-dunia. Kehendak-dunia juga berkembang dari yang tak sadar ke yang sadar, sedang tiap tahap dalam perkembangan ini memiliki pengalamannya sendiri-sendiri. Semula keluarlah dari kehendak-dunia yang tak sadar itu alam yang tidak organis, kemudian alam tumbuh-tumbuhan dan alam binatang. Dalam tahap alam manusia, kehendak-dunia telah sampai kepada kesadaran diri. Demikianlah kehendak menampakkan diri sebagai asas dunia. Berdasarkan hal itu, maka segala gejala atau penampakkan yang mengelilingi manusia dalam ruang dan waktu harus dipandang sebagai penjelmaan kehendak. Kekuatan yang menggerakkan planet-planet, yang menjadikan benda-benda dapat mengadakan hubungan kimiawi, dan lain sebagainya, semuanya itu adalah kehendak-dunia, yang terjadi tanpa disadari. Di dalam bidang kehidupan, nafsu pembiakanlah yang menjadi penjelmaan yang paling kuat dari kehendak-dunia. Nafsu ini bahkan menglahkan maut. Maka sebenarnya pusat kehendak berada di dalam genitalia, yaitu tempat nafsu seksual. Apa sebab dua orang yang berbeda jenisnya begitu tertarik dari seorang kepada yang lain? Tidak lain karena kehendak untuk hidup yang terjelma dalam cinta seksual itu dan orang perorangan menjadi alat bagi jenisnya.
Jikalau dunia dipandang sebagai kehendak, maka hidup adalah penderitaan. Hal ini disebabkan kehendak tiada batasnya, sedang pemuasannya adalah terbatas. Akibatnya ialah bahwa manusia diserahkan kepada nafsu-nafsu dan keinginan-keinginan, sehingga tiada kebahagiaan pada manusia. Itulah sebabnya kenyataan hidup adalah penderitaan. Kesenangan hanya bersifat negatif. Kebahagiaan adalah tidak hadirnya penderitaan.
Demikianlah manusia dibelenggu oleh kehendaknya. Agar supaya manusia dapat bahagia, ia harus membebaskan diri dari belenggu kehendaknya dan dari perbudakan kehendak perorangan. Hal ini memang mungkin, sebab manusia dapat menjadi pelaku atau subjek pengetahuan yang murni, tanpa dibelenggu kehendaknya. Pengetahuan yang dapat diperoleh dengan cara demikian adalah kesenian, yang adalah karya seorang genius (genie). Kesenian adalah pemandangan terhadap segala sesuatu tanpa tergantung kepada kausalitas dan ketergantungan kepada kehendak. Seorang genius memiliki suatu daya untuk memnadang secara murni, yang tidak dimiliki manusia biasa. Dalam pemandangan di bidang kesenian itu, manusia dibebaskan dari perbudakan kehendak, sehingga manusia mengalami keadaan yang mengatasi segala yang alamiah, yang bebas dari penderitaan. Dengan demikian, jalan kepada kebahagiaan ialah penyangkalan kehendak.
Sumber TulisanHadiwijono, Harun DR..1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Kanisius: Yogyakarta.http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:ljJ5P55Zh6kJ:elearning.esaunggul.ac.id/mod/resource/view.php%3Fid%3D4884+pemikiran+schopenhauer&cd=6&hl=id&ct=clnk&gl=idhttp://id.wikipedia.org/wiki/Arthur_Schopenhauer