"It's not your intelligence, but your attitude which are going to lift you in life."

Mungkin seringkali Anda tak pernah menyadari betapa pentingnya peran kepribadian dalam seorang individu dalam menjalin hubungan yang terikat dalam ikatan suci. Ketidaktahuan ini telah menyebabkan beberapa hal negatif seperti : perceraian, poligami ataupun sebagainya. Sedikit contoh tadi dapat anda renungkan sendiri dan mulai menyadari arti maupun makna dalam mahligai. Kata "Mahligai" sendiri tak jauh berbeda dari kata "Keluarga", saling terkait satu sama lain atau lebih tepatnya Mahligai itu merupakan bagian dari sebuah keluarga. Dengan kata lain, bahwa keluarga merupakan satuan atau unit dalam Mahligai antara laki - laki (suami) dan wanita (istri).

Seorang laki - laki (suami) tak pernah peduli dengan sosok dari wanita (istri) dalam hal sosialisasi dan batiniah. Salah satu bentuk sosialisasi adalah pola pengasuhan anak di dalam keluarga, salah satu fungsi keluarga adalah sebagai media transmisi atas nilai, norma dan simbol yang di anut masyarakat kepada anggotanya yang baru. Sedangkan secara batiniah sendiri bahwa laki - laki atau (suami) harus memegang teguh janji dalam Mahligai dengan wanita (istri), tak boleh melanggar janji tersebut.
Menurut William J.Goode(1983), keluarga di bentuk dengan fungsi - fungsi
sebagai berikut :
  • Pemuas individual
  • Reproduksi
  • Pemeliharaan
  • Sosialisasi
  • Penempatan anak dalam masyarakat
  • Pengatur seksual
  • Kontrol sosial
Bahwa keluarga mempunyai fungsi sebagai pemuas kebutuhan pribadi,dapat di tunjuk contoh konkret misalnya di bidang cinta, kebutuhan seks, maupun kebutuhan untuk menjaga rahasia pribadi.

Fungsi reproduksi mengandung arti beranak pinak, atau melahirkan keturunan. Bukankah nyaris tidak ada suami istri yang tidak ingin mempunyai keturunan?
Adapun fungsi sosialisasi, yang di maksud adalah tugas setiap ayah dan ibu untuk membimbing atau meperkenalkan mengertikan norma - norma kehidupan kepada anak - anaknya. Ini berkaitan pula dengan fungsi menempatkan anak dalam masyarakat, agar sang anak memahami tatakrama dalam pergaulan dengan orang di sekelilingnya.

Sedangkan fungsi pengaturan seksual adalah fungsi untuk melestarikan atau membudayakan aturan - aturan seksual pada manusia. Pengaturan seksual sebagai fungsi keluarga, dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
  • Menanamkam norma - norma keabsahan ( norm of legitimacy) dalam berhubungan seks. Misalnya tidak boleh berhubungan seks dengan orang yang bukan suami atau istri yang sah.
  • Menegakkan tabu - tabu dalam hubungan seks dengan keluarga dekat. Misalnya : tabu berhubungan seks dengan keluarga dekat. Misalnya tabu berhubungan seks dengan keluarga dekat atau di masa pertunangan.
  • Mencegah penyimpangan dalam hubungan seksual. Misalnya perzinahan, kumpul kebo, pergundikan, dsb.
Dan fungsi kontrol sosial yang dimaksud adalah tugas setiap ayah dan ibu untuk selalu mengawasi dan mengontrol anak-anaknya agar tidak menyimpang atau bahkan tidak melanggar aturan-aturan hidup bermasyarakat.

Telah dijelaskan fungsi-fungsi keluarga, yang tak lain adalah aplikasi di dalam keluarga yang secara sadar harus diperhatikan secara cermat, jangan sampai ada kesenjangan dalam hal aplikasi di dalam keluarga. Berikut ini merupakan contoh kesenjangan dalam hal aplikasi di dalam keluarga William J. Goode adalah :
  • Ketidaksahan pernikahan, yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi suami-istri.
  • Perceraian.
  • Keluarga selaput kosong, ialah suami-istri yang sebetulnya sudah pecah, tetapi karena faktor anak tidak mungkin bercerai. Mereka tetap masih tinggal satu rumah, tetapi sudah tidak saling berkomunikasi.
  • Kegagalan peran, karena cacat jasmani atau mental.
  • Perpisahan Karen Adat. Misalkan yang terjadi pada suku Ashanti (Ghana, Afrika). Pengantin-pengantin baru pada suku ini, setelah menikah harus kembali tinggal dengan orang tua masing-masing, berhubung karena adat istiadat setempat.
Kesenjangan dalam hal aplikasi atau dapat disebut non-aplikasi di dalam mahligai (keluarga) itu dapat berdampak berbahaya kepada masing-masing individu antara laki-laki (suami) dan wanita (istri). Jika telah terjadi demikian akan berdampak juga pada pertumbuhan keluarga itu sendiri. Maka dalam hal ini, aplikasi dan non-aplikasi di dalam mahligai (keluarga) harus diperhatikan secara cermat dan juga direnungkan di dalam hati, apakah tindakan suami dan istri telah mencerminkan aplikasi atau non-aplikasi? Mereka berdua harus cerdas dalam hal bertindak serta dapat menentukan langkah ke depan yang baik untuk diteladani di dalam mahligai (keluarga).

0 Comments:

Post a Comment



"Learning without thought is useless, while thinking without learning is dangerous".